Sumenep, majalahnusantara.com - Penggusuran pasar lenteng seri kedua mengundang banyak sorotan dari berbagai pihak, pasalnya pengusuran lanjutan pasar Lenteng jelas menghardik masyarakat kecil dari tempat mereka mencari penghidupan.
Dewan Pimpinan Cabang (Dpc) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Sumenep, atau yang biasa sebut banteng miring, angkat bicara soal penggusuran jilid 2, karena penindakan pasar seolah sama persis seperti sebelumnya.
Kurangnya penataan pedagang selama renovasi pasar berlansung masih menjadi kawalan ketat. Maskiyatun Ketua GMNI Sumenep mengatakan, pasar tersebut telah lama menjadi sentra perdagangan di wilayah itu, dan ribuan orang menggantungkan roda ekonomi di Pasar Lenteng.
"Yang pedagang sesalkan bukan lah soal mereka dipaksa untuk meniadakan kegiatan ekonomi di pasar itu, namun yang mereka takutkan perenofasian lanjutan ini akan menyusul wafatnya perenofasian pasar lenteng sebelumnya yang sampai sekarang tidak ada kejelasannya (September 2018),", kata Maskiyatun. Kamis, (8/8/2019)
Tidak cukup hanya itu, Maskiyatun mengatakan, pedagang juga menyesalkan pihak yang bersangkutan yang hanya memikirkan bagaimana menggusur pasar tersebut tanpa memberikan solusi yang setimpal bagi para pedagang, dan mereka harus menanggung kerugian kembali untuk membangun los karena pihak terkait hanya menyediakan lahan dan bambu.
"Rencana pengusuran pasar tersebut jangan hanya untuk kepentingan Pemerintah daerah semata yang hanya mau merealisasikan jargon Bupati dan Wabup Sumenep (Nata Kota Bangun Desa) namun penggusuran Pasar Lenteng harus didasarkan pada semangat perkembangan dan kemajuan perekonomian masyarakat. Dan seharusnya Pelaksanaan penggusuran harus mencakup segala aspek, baik yuridis, sosiologis dan yang paling penting pertimbangan kemanusian," tambah Maskiatun
Dan yang lebih menjanggal lagi, kenapa pedagang harus dipindah dalam momen menuju lebaran Idul Adha, dimana biasanya sehari sebelum idul adha menjadi sumber pendapatan bahkan dua kali lipat dari pendapatan biasanya.
"Khususnya pedagang pakaian dan sandal. Sangat disayangkan moment hari raya idul Adha kali ini pedagang tidak bisa berdagang karena mereka sudah tidak diperbolehkan menempati Los lama mereka dan mereka akan kembali berdagang setelah mereka menyelesaikan pembangunan los baru mereka, ini kan kedhaliman," kesalnya
Dari kejadian itu, DPC GMNI Sumenep menyampaikan sikap:
1. Mengecam kepada kepala UPT PASAR atas tindakan semena-mena tanpa pertimbangan kemanusian, artinya tempat yang layak bagi pedagang setelah direlokasi
2. Mengecam kepada Bupati dan Wakil bupati Kab. Sumenep atas rencana penggusuran pasar Lenteng yang sampai sekarang tidak ada ujung kejelasannya.
3. Mendukung sepenuhnya perlawanan oleh pedagang dan elemen masyarakat jika nantinya dalam penggusuran lanjutan pasar Lenteng ini pedagang tidak disejahterakan
Abd Said, Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindak) kabupaten Sumenep, membenarkan, bahwa ada penggusuran besar-besaran, untuk penyelesaian pekerjaan pasar Lenteng.
"Untuk menyelesaikan pembangunan yang kemaren, maka kami adakan relokasi besar-besaran," jelas Abd Said.
Terkait penyediaan relokasi yang layak, Abd Said, menambahkan, demi rasa kemanusiaan terhadap pedagang, pihaknya juga sudah memikirkan untuk memberikan tempat relokasi yang layak.
"Sebenarnya kami sangat menginginkan, untuk memberikan tempat yang baik dan layak kepada pedagang, akan tetapi, hal itu tidak ada di anggaran, masa mau pakai uang pribadi saya," tambah said.
H. Misdawi, Komisi II, DPRD Kabupaten Sumenep, menjelaskan, meskipun tempat relokasi itu tidak dianggarkan, bukan alasan untuk meniadakan tempat relokasi yang layak bagi para pedagang.
"Kalau masalahnya dianggaran, mari kita pikirkan bersama-sama, mencari solusi, untuk memberikan kesejahteraan terhadap pedagang, bukan lantas asal-asalan merelokasi pedagang, supaya kesejahteraan Pedagang terjamin," pugkasnya.(mr/hb)