Muhammadiyah sejak awal berdiri, telah membuktikan perannya sebagai organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan. Ketika negara Indonesia sedang berada dalam kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda, rakyat Indonesia mengalami tekanan dan penyiksaan, baik tekanan fisik maupun mental spritual yang mempunya kepada perubahan politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya. K.H. Ahmad Dahlan lahir sebagai sosok pejuang yang berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari keterbelakangan dan ketermarjinalan. dengan didirikan sebuah organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 M di Yogyakarta.
Muhammadiyah mulai membentangkan sayapnya, K.H. Ahmad Dahlan mendalami surat al-Maun. Apabila seorang mukmin tidak ingin disebut sebagai orang yang mendustakan agama, maka ia harus melakukan perubahan sosial dengan mendirikan panti asuhan yang bisa menampung anak-anak Yatim, memberi makan kepada fakir Miskin, menguatkan aspek keikhlasan dalam beribadah tanpa ada niat ria sedikit pun, membiasakan untuk membagikan sebagian hartanya bagi kepentingan umat Islam.
Gerakan Sosial dalam Bidang Kesehatan
Gerakan Sosial dalam Bidang Kesehatan Gerakan sosial merupakan sebuah langkah Muhammadiyah dalam melakukan dakwah bi al-Hal (dengan perbuatan) atau bukti nyata dengan mengadakan bakti sosial dalam pelayanan kesehatan, seperti mendirikan rumah sakit dan di moment tertentu mengadakan pengobatan gratis untuk masyarakat luas yang tidak terkhusus bagi warga Muhammadiyah.
Muhammadiyah mendirikan rumah Sakit PKU Muhammadiyah Pendirian rumah sakit tersebut berangkat dari semangat Haji Syuzak yang terinpirasi dan termotivasi dari surat al-Ma’un yang dikaji dan diamalkan oleh KH. Ahmad Dahlan, kemudian ia ingin mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang selanjutnya berkembang menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah. Syujak berfikir kenapa orang non-Muslim (Kolonial Belanda) yang dapat mendirikan rumah sakit, rumah miskin dan rumah yatim yang hanya karena dorongan rasa kemanusiaan tanpa didasari rasa tanggungjawab kepada Allah SWT, jika umat non-Muslim saja mampu melakukan aksi-aksi sosial, mengapa umat Islam yang mempunyai landasan agama seperti yang tertera dalam surat al-Ma’un tidak dapat melakukannya.
Ide dan Nilai Dasar Gerakan Sosial Dan Kesehatan Dalam Muhammadiyah
Ide dan nilai dasar gerakan sosial dan kesehatan dalam Muhammadiyah adalah merujuk kepada al-Qur’an dan hadis Nabi SAW, karena Muhammadiyah tidak lepas dalam melakukan segala bentuk kegiatannya dari al-Qur’an dan hadis Nabi SAW. Gerakan sosial yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan merupakan bentuk purifikasi ajaran Islam dimana Islam hanya sebagai formalitas yang hampa tanpa ada bukti nyata. Oleh karena itu, James L. Peacock dalam risetnya “Purifiying of the Faith: The Muhammadiyah Movement in Indonesia Islam”, memilih Muhammadiyah sebagai gerakan pemurnian Islam terbesar di Indonesia (Peacock, 1982: 2). Dalam penelitiannya ditemukan pandangan keagamaan puritan Muhammadiyah berhasil membina jaringan lembaga pendidikan, rumah sakit, dan lembaga kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hal tersebut, maka nilai dasar Muhammadiyah sebagai gerakan sosial dan kesehatan itu tidak lepas dari pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang melakukan gerakan pemurnian terhadap ajaran Islam untuk kembali kepada al-Qur’an dan sunnah yang selama ini sudah mulai ditinggalkan dan tidak dijadikan satu-satunya rujukan utama. Inilah sebetulnya menjadikan faktor penyebab secara internal Muhammadiyah lahir di Indonesia.
Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosial muhammadiyah, diantaranya:
Bidang Pendidikan
Hingga tahun 2000 ormas Islam Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman pendidikan Al-Qur’an, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332 madrasahdiniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA,MA, SMK), 101 sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi, serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54 akademi, dan 4 politeknik. Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah.
Bidang Kesehatan
Muhammadiyah telah dan terus mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
Rumah sakit berjumlah 34
Rumah bersalin berjumlah 85
Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504.
Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 115
Balai Pengobatan berjumlah 846
Apotek dan KB berjumlah 4
Bidang Kesejahteraan Sosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
228 panti asuhan yatim
18 panti jompo
22 balaikesehatan sosial
161 santunan keluarga
5 pantiwreda/manula
13 santunan wreda/manula
1 panti cacat netra
38 santunan kematian
15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).
Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program diantaranya:
a. Peningkatan kualitas pengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara berkelanjutan
c. Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d. Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi
Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah,pemuda muhammadiyah, IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.
Revitalisasi Gerakan Sosial
Muhammadiyah dalam kiprahnya sebagai gerakan sosial perlu melakukan revitalisasi gerakannya dengan melakukan berbagai bidang kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat luas khususnya warga Muhammadiyah. Hal tersebut bisa terwujud dengan melakukan berbagai usaha sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Upaya revitalisasi tersebut adalah:
Revitalisasi Pendidikan
Revitalisasi pendidikan Muhammadiyah yang meliputi filsafat pendidikan Muhammadiyah, visi dan misi Muhammadiyah, dan konsep pendidikan Muhammadiyah. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
Rumusan filsafat pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah adalah penyiapan lingkungan yang memungkinkan seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari kehadiran Allah SWT sebagai Rabb yang menguasai dan memiliki ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). Dengan kesadaran spiritual (iman) dan penguasaan IPTEKS seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, peduli terhadap sesama, menyebarluaskan kemakmuran, mencegah kemunkaran, ramah lingkungan, beradab, mewujudkan kesejateraan dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.
Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan sosial, iman dengan kemajuan holistik. Dari pendidikan Islam diharapkan generasi muda Islam yang kuat iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. Inilah pendidikan Islam yang berkemajuan.
Visi dan misi Muhammadiyah
Visi pendidikan Muhammadiyah adalah terbentuknya manusia pembelajar yang bertakwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tajdid dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Misi dari pendidikan Muhammadiyah adalah:
Mendidik manusia yang memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual ma’rifat).
Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tajdid, berpikir
cerdas, alternatif dan berwawasan luas.
Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wirausaha, kompetitif dan jujur.
Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dan keterampilan sosial, teknologi, informasi dan komunikasi.
Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, kemampuan menciptakan dan mengapresiasi karya seni budaya.
Membentuk kader persyarikatan, umat dan bangsa yang ikhlas, peka, peduli dan bertanggungjawab terhadap kemanusian dan lingkungan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah
Konsep pendidikan Muhammadiyah yang mencakup: 1) nilai dasar Muhammadiyah meliputi pendidikan Muhammadiyah berdasar al-Qur’an dan al-Sunnah al-Maqbulah, nilai ikhlas, nilai kerjasama (musyawarah), nilai tajdid, dan memelihara kultur dengan memihak kepada kaum du’afa dan mustadafin dengan melakukan proses kreatif sesuai tantangan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat Indonesia. (2) aspek-aspek pendidikan Muhammadiyah mencakup aspek pembelajar, aspek pembelajaran, aspek pendidik, aspek persyarikatan, aspek manjerial, aspek kurikulum dan aspek kemasyarakatan.
Revitalisasi Kader Muhammadiyah
Revitalisasi kader merupakan langkah penataan, pembinaan, peningkatan, dan pengembangan anggota Persyarikatan yang dapat melaksanakan misi, usaha, dan pencapaian tujuan Muhammadiyah. Tujuan revitalisasi ialah berkembangnya jumlah dan kualitas kader Muhammadiyah yang berperan aktif dalam persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan universal sebagai perwujudan pelaku dakwah dan tajdid. Dengan revitalisasi anggota diharapkan agar rekruitmen 71 dan pengembangan kader Muhammadiyah benar-benar menjadi komitmen organisasi secara menyeluruh, konsisten, dan didukung berbagai seumber dana, jaringan, dan dukungan yang optimal.
Kompetensi secara normatif penting untuk diwujudkan dalam revitalisasi kader Muhammadiyah, antara lain:
Kompetensi keberagamaan,
Kompetensi akademik dan intelektual
Kompetensi sosial-kemanusiaan dan kepeloporan
Kompetensi keorganisasian dan kepemimpinan
Muhammadiyah sendiri mengambil surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an sebagai dasar untuk berjalan pada ranah sosial. Saat ini Muhammadiyah banyak mempunyai amal usaha, mulai dari pondok anak yatim, sekolah/lembaga pendidikan, sampai rumah sakit. Salah satu langkah revitalisasi gerakan Muhammadiyah yaitu melakukan penguatan seluruh aspek gerakan dan menggerakkan segenap potensi Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar.(*)