Oleh : Mukti Abadi
Cara Pertama :
> produksi telur 1 - 2 hari, tidak dipungut semua, disisakan 2-3% setiap hari.
> produksi pada hari ke-3 dan ke-4, ditambahi sisa atau simpanan produksi telur 2 hari yang lalu, secukupnya sampai HD-nya bisa 98 - 100% pada 1 - 2 hari berikutnya.
Cara Kedua :
> saat pullet masuk ke kandang, misal kapasitas 2.500 ekor, ditulis di dalam recording 2.375 ekor. Jadi punya cadangan populasi sebanyak 125 ekor (5%);
> nanti saat puncak produksi akan bisa muncul HD 98 - 100%. Bila ada produksi telur lebih, disimpan seperti cara pertama;
> dengan cara yang kedua ini, bisa berproduksi harian (hen day = HD) dan mingguan (hen week = HW) 98 - 100% selama berhari-hari dan bahkan berminggu-minggu.
Mudahkan? Seneng kan? Bangga kan?
SIKLUS PRODUKSI TELUR AYAM RAS
Secara teori, semua strain ayam ras yang ada sampai saat ini, interval bertelurnya 25 jam. Jadi bila dihitung persentasenya, 24 jam sehari dibagi interval 25 jam dikalikan 100%, maka HD tertinggi 96%.
Ayam bertelur dalam 1 siklus (clutch), dimulai pukul 06:00. Keluar telur berikutnya paling cepat 25 jam kemudian, yaitu :
Berikutnya pada pukul 07:00 - 08:00;
Berikutnya pada pukul 09:00 - 10:00
Berikutnya pada pukul 11:00 - 12:00
Dst.
Dalam 1 clutch terdiri dari 4 - 7 butir telur, istirahat 1-2 hari. Kemudian dimulai clutch baru lagi. Demikian seterusnya.
Siklus reproduksi diatur dan dikendalikan oleh otak melalui siklus hormonal.
Dipengaruhi oleh :
1. Intensitas cahaya, terutama sinar infra merah dari matahari dan perlu bantuan program pencahayaan tambahan pada malam hari. Yang tepat pada pukul 01:00 - 06:00 waktu setempat. Total pencahayaannya 17 jam non stop, dari pukul 01:00 - 18:00 waktu setempat.
Terbaik pakai lampu pijar (wolfram), biasa disebut bohlamp. Dosisnya 20 Lux atau 3,0 - 3,5 Watt/m-2 luas kandang. Tapi sayangnya, perlu daya yang besar sehingga biaya listriknya besar juga. Dan, umur lampunya pendek, putus dalam tempo 2 - 3 bulan. Bahkan ada yang hitungan hari atau minggu sudah putus. Boros.
Bisa juga menggunakan lampu hemat daya : neon TL, neon SL dan LED. Walau pun yang didapat hanya dari sisi penerangannya saja agar ayam bisa melihat makanan dan memakannya. Dosisnya 0,8 - 1,0 Watt/m-2 untuk lampu TL dan SL. Bila pakai lampu LED, akan lebih hemat lagi. Efisien biaya listrik.
2. Umur, semakin tua, interval bertelurnya semakin lama, >25 jam dan jumlah telur dalam 1 clutch menjadi berkurang, tidak bisa 7 butir lagi;
3. Kesehatan, dalam kondisi ayam sakit, kacau siklusnya dan bahkan bisa outbreak, turun produksi dari 90%-nan ke 40%-nan;
4. Kecukupan nutrisi : udara, air dan pakan ---> lengkap dan seimbang serta cukup jumlahnya dimana hitungan energinya sampai net energy (NE). Hitungan asam aminonya sampai digestible-nya, dll.
5. Manajemennya harus memenuhi kebutuhan ayam dan perlu kasih sayang. Jangan pelihara ayam semaunya sendiri yang tidak sesuai dengan kebutuhan ayam. Tapi berharap produksinya baik. Ayamnya disuruh jadi pesulap. Itu jahat.
6. Formulasi pakannya harus memenuhi syarat dan ketentuan, lengkap, seimbang dan matching dengan heat index (HI) setempat. Karena tidak ada suatu formula atap komposisi pakan yang cocok untuk semua daerah. Yang ada adalah rasio antara ME : CP harus sesuai dengan HI setempat.
Catatan :
Entah pada suatu saat bisa dihasilkan strain ayam petelur ras yang bisa berproduksi dengan interval waktu lebih pendek menjadi 23-24 jam, maka kita akan ketemu HD dan HW bisa 100% atau lebih. Kadang dalam sehari bisa ketemu ayam bertelur sehari, dalam 24 jam, 2 butir. Bukan hal yang mustahil.
Kalau saya jadi Menteri Peternakan Dan Kesehatan Hewan, saya putuskan suatu kebijakan untuk melakukan riset agar Indonesia bisa menghasilkan strain ayam petelur ras yang bisa berproduksi telur dengan interval 23-24 jam, selambatnya 5 tahun.
Setuju?
Bagaimana, masih berharap ayam mu bisa berproduksi 98-100%?